Pemerintah Dorong Industri Hilir Kelapa Sawit
Pemerintah Dorong Industri Hilir Kelapa Sawit
Dengan produksi 18 juta ton itu, Indonesia merupakan penyumbang terbesar kebutuhan CPO dengan persentase 50,2 persen dari total produksi sawit dunia dengan penyumbang devisa bagi negara sebesar 13,79 miliar dolar AS.
Menteri Perindustrian MS. Hidayat mengatakan, pada beberapa tahun ke depan Indonesia akan mengurangi volume ekspor CPO secara bertahap seperti pada tahun 2015 volume yang diekspor hanya sekitar 50% dari total produksi dan pada 2020 menjadi 30% dan sebagaian besar CPO itu dikembangkan menjadi industri hilir.
Karena itu pemerintah mencanangkan pengembangan kluster industri berbasis pertanian dan oleochemical di Kuala Enok dan Dumai di Kawasan Industri Dumai (KID), Pelintung, Dumai, Riau.
Hidayat menyatakan, pencanangan kluster kelapa sawit yang dilakukan pemerintah akan mengundang investor untuk mengembangkan industri hilir berbasis sumber daya alam.
“Industri hilir kelapa sawit di Kuala Enok dan Dumai bukan saja penting bagi Riau tetapi juga tatanan perekonomian nasional karena mampu mengundang investor dengan sendirinya,” ujarnya.
Menurut Hidayat, Indonesia sebagai salah satu negara yang mengandalkan kekayaan yang berbasis pada sumber daya alam masih dilirik oleh para investor luar negeri.
Selama ini pengembangan industri hilir kelapa sawit nasional memiliki sejumlah masalah yang harus dihadapi mulai dari bahan baku, transportasi, kebijakan pemerintah setempat, sumber daya manusia, dan jasa perbankan.
“Dibutuhkan keseriusan pemerintah di daerah dalam membangun infrastruktur seperti perbaikan jalan, sedangkan pemerintah pusat akan memberikan insentif melalui kebijakan fiskal,” kata Hidayat.
Melalui kebijakan pengembangan kluster industri berbasis pertanian dan oleochemical pemerintah telah menetapkan tiga provinsi di Indonesia yakni Riau, Sumatra Utara, dan Kalimantan Timur sebagai tempat pengembangan industri hilir kelapa sawit itu.
“Alasan pemerintah menetapkan ketiga lokasi itu lebih melihat potensi sumber daya alam dan kesiapan daerah itu sendiri,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa.
Karena itu pemerintah mencanangkan pengembangan kluster industri berbasis pertanian dan oleochemical di Kuala Enok dan Dumai di Kawasan Industri Dumai (KID), Pelintung, Dumai, Riau.
Hidayat menyatakan, pencanangan kluster kelapa sawit yang dilakukan pemerintah akan mengundang investor untuk mengembangkan industri hilir berbasis sumber daya alam.
“Industri hilir kelapa sawit di Kuala Enok dan Dumai bukan saja penting bagi Riau tetapi juga tatanan perekonomian nasional karena mampu mengundang investor dengan sendirinya,” ujarnya.
Menurut Hidayat, Indonesia sebagai salah satu negara yang mengandalkan kekayaan yang berbasis pada sumber daya alam masih dilirik oleh para investor luar negeri.
Selama ini pengembangan industri hilir kelapa sawit nasional memiliki sejumlah masalah yang harus dihadapi mulai dari bahan baku, transportasi, kebijakan pemerintah setempat, sumber daya manusia, dan jasa perbankan.
“Dibutuhkan keseriusan pemerintah di daerah dalam membangun infrastruktur seperti perbaikan jalan, sedangkan pemerintah pusat akan memberikan insentif melalui kebijakan fiskal,” kata Hidayat.
Melalui kebijakan pengembangan kluster industri berbasis pertanian dan oleochemical pemerintah telah menetapkan tiga provinsi di Indonesia yakni Riau, Sumatra Utara, dan Kalimantan Timur sebagai tempat pengembangan industri hilir kelapa sawit itu.
“Alasan pemerintah menetapkan ketiga lokasi itu lebih melihat potensi sumber daya alam dan kesiapan daerah itu sendiri,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa.
Sumber : http://www.detikfinance.com