Dosen AGH-Faperta-IPB : Tingkatkan Produksi Kelapa Sawit dengan Precipalm

sud1

Dosen AGH-Faperta-IPB : Tingkatkan Produksi Kelapa Sawit dengan Precipalm

Berdasarkan data yang ada, saat ini luas lahan kebun kelapa sawit Indonesia mencapai 13,4 juta hektar. Terjadi peningkatan yang luar biasa yang diikuti dengan isu lingkungan. Selama ini ada dugaan terjadi deforestasi akibat kelapa sawit. Tetapi berdasarkan hasil penelitian tahun 2017, ada 10 hektar lahan kelapa sawit yang sebagian besarnya berasal dari reforestasi.

Hal ini disampaikan oleh Prof Dr Sudrajat saat Sidang Terbuka Orasi Ilmiah Pengukuhan Guru Besar Tetap Fakultas Pertanian, IPB University di Kampus Dramaga, Bogor (20/7). Dalam orasinya Prof Sudrajat mengatakan bahwa produktivitas kelapa sawit Indonesia baru mencapai setengah dari potensi yang ada. Untuk meningkatkan produktivitasnya, IPB University melakukan riset mendasar di Jonggol, Bogor.  “Akhirnya kita dapatkan rekomendasi budidaya yang sesuai kondisi lahan setempat. Kita lakukan serangkaian percobaan bagaimana sawit dikelola dengan baik untuk dapatkan dosis pemupukan yang optimum. Yang ini spesifik lokasi. Nah ini yang kita bangun sebagai modal dasar untuk pembangunan kelapa sawit ke depan,” ujarnya.
Untuk dapatkan dosis yang optimum saat pemupukan diperlukan waktu yang lama, belum lagi menunggu hasil dari laboratorium yang butuh tiga bulan. Sehingga dosis pemupukan yang dianjurkan sudah tidak tepat lagi untuk kondisi tanaman saat itu.
“Untuk itu, kami bentuk Tim Precipalm dimana saya sebagai peneliti utama di bidang agronomi. Precipalm adalah sistem pertanian presisi yang menggunakan sentinel 2 dari Uni Eropa. Alasan penggunaan sentinel ini karena data sentinel ini akurat. Presisinya tinggi hingga 10 meter. Resolusi temporalnya tujuh hari sekali. Data tujuh hari ini itu sudah bersih dan gratis. Riset di Kebun Jonggol itu masih penelitian mendasar. Lalu kami bangun model. Kemarin kita kembangkan dan ambil sampel di Jambi dan Riau. Akhirnya kita ketahui status hara tanaman. Kita juga ketahui kebutuan tanaman hingga per pohon,” terangnya.
Precipalm bisa mendeteksi berbagai tingkat kebutuhan hara (N, P dan K) pada tanaman. Precipalm akan memberikan rekomendasi kebutuhan hara per pohon, per kotak hingga per hektar. Setiap petani yang punya lahan hanya perlu mengirimkan koordinat kebunnya ke Tim Precipalm.
“Kita download datanya, kita kirim status haranya. Sistem ini juga memungkinkan untuk daerah yang remote (terpencil). Kami sudah coba sistem ini di Lampung, Riau dan Medan,” imbuhnya.
Selain itu, menurutnya temuan ini merupakan bagian dari upaya IPB University menuju pertanian 4.0. Ke depan, informasi tentang iklim, kadar air, pembibitan hingga pemupukan, semua harus smart.

“Mahasiswa kami sudah bermain dengan drone. Ini perspektif kami ke depan untuk menarik minat generasi muda terhadap pertanian,” tandasnya.(Zul)


Keyword: Precipalm, Kelapa Sawit, Guru Besar Tetap Fakultas Pertanian, IPB University