INPARA 3, Varietas Baru Toleran Rendaman

INPARA 3, Varietas Baru Toleran Rendaman

Intensitas hujan pada Desember hingga Maret setiap tahun sangat tinggi sehingga di sentra-sentra produksi beras terutama di sekitar Pantai Utara (Pantura) Pulau Jawa sering kali terjadi banjir. Cekaman banjir yang menyebabkan terendamnya 300 ribu ha lahan sawah sepuluh tahun terakhir, mengakibatkan kerusakan total lahan sawah 60 ribu ha. Varietas yang banyak ditanam petani di wilayah tersebut, seperti, Ciherang, Mekongga, Cigeulis, IR64 tidak mampu bertahan oleh genangan banjir yang sering merendam keseluruhan tanaman selama 1-2 minggu. Kerusakan sawah yang diakibatkan banjir ini berdampak terhadap penurunan produksi antara 30-60 persen yang tentu saja berpengaruh langsung terhadap kesejahtaran petani dan produksi padi nasional.

Salah satu tipe rendaman yang dipengaruhi banjir adalah Rendaman Banjir Dalam (Deepwater Flooding). Kondisi ini terjadi ketika kedalaman air lebih tinggi dari tanaman normal dengan durasi mencapai bulanan. Tanaman padi memerlukan kemampuan pemanjangan batang untuk penyesuaian dengan tingginya air.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Puslitbangtan) melalui Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) bekerjasama dengan International Rice Research Institute (IRRI) dengan dukungan dari Pemerintah Jepang melakukan serangkaian penelitian dan pengembangan berbagai varietas yang toleran terhadap rendaman akibat banjir. Dari hasil kegiatan tersebut telah dihasilkan tiga galur varietas unggul tanaman padi yang toleran terhadap rendaman, satu diantaranya yang telah dilepas adalah INPARA 3. Saat ini masih dalam proses pengusulan untuk dilepas yang rencananya akan diberi nama INPARA 4 dan INPARA 5.

INPARA 3 varietas padi yang baru dilepas ini toleran rendaman air penuh selama 6 hari. Saat ini sedang dalam proses pengusulan untuk dilepas, yaitu, varietas INPARA 4 dan INPARA 5, yang masing-masing mempunyai toleran rendaman selama 14 hari penuh.

Informasi tentang Padi Toleran Rendaman yang dilengkapi dengan penjelasan pengelolaan padi di daerah rawan banjir ini, diharapkan dapat dipakai sebagai rujukan bagi aparat Dinas Pertanian di daerah, pengkaji dan penyuluh sehingga kerugian yang diderita oleh para petani akibat genangan air di lahan sawahnya dapat ditekan.

Sumber : Litbang Deptan/litbang.deptan.go.id