Optimalkan Pemanfaatan Sumberdaya Lokal, Kunci Ketahanan Pangan Nasional
Optimalkan Pemanfaatan Sumberdaya Lokal, Kunci Ketahanan Pangan Nasional
Ketahanan pangan nasional selalu menjadi pembahasan hangat baik skala lokal maupun nasional. Namun, sampai saat ini ketahanan pangan nasional masih sulit terwujud. Penyebab utama ketahanan pangan nasional sulit terwujud adalah sebagian besar masyarakat masih beranggapan bahwa “belum makan jika belum makan nasi”. Hal ini bersumber dari budaya komposisi pangan dalam menu diet yang kurang beragam. Sebagai dampak dari hal tersebut adalah penyediaan beras jadi masalah kronis dan politis yang selalu berulang.
Penyebab masalah pangan nasional adalah kebijakan ekonomi makro yang menempatkan sektor pertanian hanya sebagai penopang pembangunan ekonomi nasional, peningkatan populasi penduduk, menurunnya kemampuan petani dalam berproduksi akibat kebijakan harga input dan harga gabah yang kurang tepat, dan kesenjangan antara produksi dengan kebutuhan pangan dan terakhir adalah tertumpunya pangan nasional pada komoditi beras.
Hal tersebut disampaikan oleh Prof. Dr. Ir. Memen Surahman, MSc.Agr pada saat menjadi pembicara pada Seminar Nasional dengan Tema “Implementasi IPTEK Dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Nasional” yang diselenggarakan oleh Politeknik Negeri Jember. Menurutnya permasalahan paling mendasar adalah karena Indonesia belum mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal. Padahal, Indonesia memiliki jumlah keanekaragaman hayati nomor dua di dunia.
Indonesia mempunyai sumberdaya pangan lokal yang beragam diantaranya sukun (Artocarpus communis FORST), talas (Colocasia esculenta SCHOTT), ganyong (Canna edulis KER), huwi sawu – yam (Dioscorea alata LINN), garut (Maranta arundinaceae LINN), gadung (Dioscorea hispida POIR), suweg (Amorphophallus campanulatus BL), kentang Jawa (Coleus tuberosum BENTH), gembili (Dioscorea aculcata LINN), dan kimpul (Xanthosoma violaceum SCHOTT).
Lebih lanjut Prof. Dr. Ir. Memen Surahman, M.Agr menyampaikan bahwa diantara banyaknya sumberdaya pangan lokal Indonesia, pangan lokal yang sudah siap adalah ubi kayu, ubi jalar, talas, pisang plantain, sagu, jagung, dan sorgum. Sebagai contoh adalah sagu. Sagu menghasilkan 200- 400 kg pati/pohon, bahkan ada yang menghasilkan 800 kg pati/pohon. Penanaman sagu intensif dengan populasi sekitar 100-200 pohon/ha yang tiap pohon diasumsikan menghasilkan 300 kg pati, maka akan diperoleh 30-60 ton pati/ha.
Diakhir paparan, Prof. Dr. Ir. Memen Surahman, MSc.Agr menegaskan kembali bahwa sumberdaya lokal perlu perhatian pemerintah, perlu dibangun kawasan pengembangan dan tataniaga pangan lokal, perubahan budaya makan pangan lokal harus diimbangi dengan ketersediaan dan keterjangakauan, teknologi pengolahan pangan lokal perlu dikembangkan, dan tepung pangan lokal adalah pangan masa depan.