QUADRAN PUBLIKASI – Strateji Memastikan Keberhasilan Publikasi Ilmiah Internasional

QUADRAN PUBLIKASI – Strateji Memastikan Keberhasilan Publikasi Ilmiah Internasional

Topik publikasi ilmiah internasional akhir-akhir ini seringkali menjadi topik pembicaraan dalam obrolan informal para dosen perguruan tinggi. Terlebih lagi ketika topik obrolannya menyangkut kewajiban dosen untuk menulis publikasi. Menurut informasi, akhir bulan November tahun 2017 ini akan dilakukan evaluasi kinerja publikasi dosen dengan status guru besar dan lektor kepala. Seorang dosen yang guru besar diwajibkan untuk menulis tiga publikasi di jurnal ilmiah internasional dalam periode tahun 2015-2017 atau tunjangan guru besarnya akan dicabut. Selain itu, seorang dosen yang lector kepala wajib menulis satu publikasi internasionalatau tiga publikasi ilmiah nasional terakreditasi.

Respons dosen terhadap kewajiban publikasi

Di sisi lain, ketika berdiskusi tentang publikasi ilmiah di jurnal internasional, respons dosen biasanya sangat bervariasi. Ada dosen yang memberikan respons negatif, dengan argumentasi bahwa yang penting adalah hasil-hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan memberi manfaat bagi masyarakat umum. Menurut kelompok dosen ini, publikasi ilmiah tidak mempunyai dampak langsung bagi kesejahteraan masyarakat. Yang lebih ekstrem lagi berargumentasi bahwa publikasi ilmiah internasional yang diterbitkan belum tentu juga dibaca orang. Ada dosen yang memberikan respons posittif, yang melihat kewajiban menulis publikasi sebagai suatu tantangan sehingga sang dosen berusaha dengan bersungguh-sungguh untuk mewujudkannya. Menurut kelompok ini, publikasi ilmiah internasional adalah salah satu kontribusi dan perwujudan tanggung jawab moral atas biaya penelitian yang didapatkannya dari pemerintah atau lembaga pemberi dana lainnya. Diantara dua kelompok dosen, yang berfikir negatif dan positif terdapat kelompok yang netral yang melihat topik publikasi internasional sebagai hal yang biasa saja, bukan suatu hal yang negatif atau hal yang positif. Para staf dosen yang netral melihat kewajiban menulis publikasi ilmiah tidak memberi pengaruh apapun kepada mereka karena menulis publikasi ilmiah di jurnal internasional sudah menjadi bagian hidup sehari-hari yang secara rutin mereka kerjakan. Dengan atau tanpa Keputusan Menteri Ristek Dikti tentang kewajiban publikasi bagi dosen guru besar dan lektor kepala, dosen kelompok netral memang sudah biasa melakukan publikasi ilmiah internasional.

Problematika dalam publikasi ilmiah di jurnal ilmiah internasional

Keberhasilan dalam menyiapkan publikasi ilmiah untuk jurnal ilmiah internasional bisa dievaluasi menggunakan quadrant publikasi (Gb. 1). Dua komponen utama yang berpengaruh terhadap keberhasilan dalam menyiapkan naskah publikasi internasional, antara lain: kualitas penelitian (Baik vs. Buruk) dan kualitas bahasa atau penyiapan naskah publikasi (Baik vs. Buruk). Dalam quadrant publikasi terdapat empat quadrant, yaitu: Quadrant I (Kualitas penelitian dan Penyiapan manuskrip – keduanya baik), Quadrant II (Kualitas penelitian baik dan Penyiapan manuskrip jelek), Quadrant III (Kualitas penelitian buruk dan Penyiapan manuskrip baik), dan Quadrant IV (Kualitas penelitian dan Penyiapan manuskrip – keduanya jelek).

Ketika kualitas penelitian dan penyiapan naskah publikasi telah dilakukan dengan baik (Quadrant I) maka besar kemungkinan naskah publikasi yang disiapkan akan dapat terbit di jurnal ilmiah internasional yang relevan. Naskah publikasi seperti ini setelah melalui proses review dari editor jurnal dan reviewer diperkirakan akan bisa langsung diterbitkan atau minimal hanya melakukan perbaikan minor saja. Sebaliknya, meskipun kualitas penelitian baik tetapi penyiapan naskah publikasinya jelek (Quadrant II) maka besar kemungkinan naskah publikasi yang disiapkan akan lebih sulit untuk dapat terbit di jurnal ilmiah internasional. Naskah publikasi seperti ini setelah melalui proses review dari editor jurnal dan reviewer diperkirakan akan mendapatkan komentar yang negatif dan bisa ditolak oleh editor jurnal atau peer reviewer karena penyiapan manuskrip atau bahasa Inggris yang jelek. Jika penulis masih beruntung, karena kualitas penelitian yang dinilai baik, maka editor atau reviewer masih dapat menerbitkan naskahnya dengan kemungkinan akan meminta penulis untuk melakukan major revision.

Ketika kualitas penelitian jelek, meskipun penyiapan naskah publikasi telah dilakukan dengan baik (Quadrant III) maka besar kemungkinan besar naskah publikasi yang disiapkan akan ditolah (immediate reject) atau kemungkinan kecil masih dapat diterima tetapi dengan major revision di jurnal ilmiah internasional yang relevan. Apalagi, jika kualitas penelitian jelek dan penyiapan naskah publikasinya pun juga jelek (Quadrant IV) maka dapat dipastikan bahwa naskah publikasi yang disiapkan akan langsung ditolah dan tidak akan terbit di jurnal ilmiah internasional. Naskah publikasi seperti ini akan membuat jurnal editor merasa terganggu dan besar kemungkinan tidak akan pernal dilanjut sama sekali ke tahapan review karena kualitas penelitian dan penyiapan manuskrip atau bahasa Inggris yang jelek.Jawaban editor jurnal untuk naskah seperti ini hanyalah immediate reject dan tidak ada alternative lain.

Bagaimana agar berhasil menembus jurnal ilmiah internasional?

Berdasarkan pembagian Quadrant Publikasi (Gb. 1) dapat difahami bahwa yang akan berhasil menembus jurnal ilmiah internasional adalah jika masuk dalam Quadrant I, dengan kriteria kualitas penelitian yang baik dan penyiapan manuskrip, termasuk bahasa Inggris yang baik pula. Dengan demikian, bagi dosen perguruan tinggi yang ingin sukses dalam menembus dan mempublikasikan naskahnya dalam jurnal ilmiah internasional perlu menyiapkan dengan baik kualitas penelitiannya. Sejak dari penggalangan ide yang original atau ada significant enhancement dari apa yang telah dipublikasikan, pelaksanaan penelitian dan analisis data yang sesuai dengan kaidah ilmiah, hingga penyiapan naskah publikasi yang terstruktur dan jelas dalam penulisan gagasan dan hasil pengujiannya serta telah melalui tahapan editing oleh orang yang memahami bahasa Inggris serta memahami masalah penelitiannya. Hanya dengan totalitas dan kualitas yang baik sejak penggalangan ide hingga tersusunnya naskah publikasi maka dosen perguruan tinggi akan berhasil menembus jurnal ilmiah internasional, lain tidak.

Sejak awal dosen perguruan tinggi harus memastikan bahwa topik dan ide penelitian yang dilakukan merupakan hot topikoriginal dan mempunyai impact nyata. Topik yang diteliti bukan hanya sekedar pengulangan saja karena hal yang sama sudah dipublikasikan orang lain. Kalaupun topik yang dipilih sudah dipublikasikan, peneliti yang baru harus mampu menunjukkan significant enhancement dari apa yang telah terbit dalam publikasi sebelumnya (replication plus) sehingga bukan hanya pengulangan. Dalam pelaksanaan penelitian pun juga dilakukan secara terstruktur, dengan perlakuan control yang relevan jika merupakan penelitian eksperimental, dan telah dilakukan dengan rancangan percobaan yang tepat. Setelah rangcangan penelitian dan implementasinya telah dilakukan dengan baik, maka penyiapan manuskripnya juga harus dilakukan dengan baik, terstruktur serta dengan bahasa Ingris yang memenuhi standar tata bahasa yang baik pula. Naskah yang disiapkan dengan bahasa Inggris yang baik dan disusun dari hasil penelitian yang baik insyaAlloh berpotensi besar mampu menembus jurnal ilmiah internasional yang relevan.

Jalan pintas menuju publikasi ilmiah internasional

Seharusnya staf dosen perguruan tinggi dapat melihat bahwa berbagai kegiatan penelitian yang dilakukan baru bisa dikatakan selesai setelah ada publikasi yang diterbitkan di jurnal ilmiah. Oleh karenanya bisa dikatakan ada dosen perguruan tinggi yang tidak pernah menyelesaikan kegiatan penelitiannya karena tidak pernah mempublikasikan hasil penelitian yang didapat. Dosen perguruan tinggi juga harus memahami bahwa menulis publikasi ilmiah bisa disamakan dengan menulis sejarah kehidupan ilmiahnya selama menjadi dosen perguruan tinggi. Oleh karena itu, seorang dosen yang menyadari bahwa rekam jejak publikasi yang dibuatnya menjadi bagian dari sejarah kehidupan ilmiahnya akan selalu berusaha menulis publikasi ilmiah dengan baik dan mengarahkan naskah publikasinya selalu ke jurnal ilmiah bereputasi yang baik pula.

Ditengarai ada dosen perguruan tinggi yang tidak menyadari bahwa menulis publikasi ilmiah sebetulnya sama dengan menulis sejarah kehidupan ilmiahnya selama menjadi dosen. Pernyataan ini dikemukakan karena terdapat fakta adanya naskah publikasi ilmiah yang diajukan ke jurnal ilmiah atau naskah publikasi yang telah terbit, tetapi dengan kualitas penelitian dan kualitas penulisan naskah publikasi yang jelek atau terkesan seadanya. Naskah yang disiapkan tidak mencerminkan puncak dari perenungan yang mendalam terkait dengan hasil penelitian yang didapatkan. Meskipun berhasil lolos dari sistem penjaminan mutu naskah publikasi ilmiah yang berlaku sehingga meskipun mempunyai kualitas rendah tetapi berhasil terbit di jurnal ilmiah tertentu, naskah berkualitas rendah yang terbit tersebut justru menjadi noda negatif yang akan melekat dalam sejarah kehidupan ilmiah dosen yang bersangkutan dan noda negatifnya tidak akan pernah hilang sepanjang internet masih ada di dunia ini. Setiap kali dosen perguruan tinggi atau peneliti lain melakukan pencarian dengan mengetikkan nama sang dosen, maka noda negatif dalam bentuk publikasi berkualitas rendah yang telah terbit tersebut selalu akan berasosiasi dengan nama dosen penulisnya.

Makin maraknya dosen perguruan tinggi dan mahasiswa pascasarjana yang menerbitkan naskah publikasi dalam jurnal ilmiah internasional berkategori predator perlu menjadi perhatian bersama. Pengelola jurnal ilmiah internasional predator sepertinya melihat meningkatnya minat dosen perguruan tinggi untuk mempublikasikan hasil penelitiannya di jurnal ilmiah internasional merupakan kesempatan untuk mengeruk keuntungan. Di sisi lain, tekanan untuk menerbitkan naskah publikasi sebagai syarat usulan kenaikan fungsional dosen perguruan tinggi atau kelulusan mahasiswa pascasarjana cenderung membuat keberadaan jurnal ilmiah internasional predator menjadi jalan pintas menuju pemenuhan persayaratan yang diperlukan. Perlu untuk terus diingatkan bahwa jurnal  ilmiah internasional predator bukanlah solusi singkat yang dapat diambil akibat tekanan kewajiban menulis dan menerbitkan publikasi ilmiah internasional. Sama halnya dengan naskah publikasi ilmiah dengan kualitas rendah tetapi berhasil terbit, publikasi ilmiah dalam jurnal ilmiah internasional predator juga dapat menjadi noda hitam dalam lembaran sejarah kehidupan ilmiah dosen yang bersangkutan. Oleh karenanya, perlu diingatkan agar dosen perguruan tinggi tidak mengambil jalan pintas dengan menerbitkan naskah publikasinya di jurnal ilmiah internasional predator.

Harus disadari bahwa tidak ada jalan pintas untuk penyusunan dan penerbitan naskah publikasi dalam jurnal ilmiah internasional. Tidak ada kata “Sim salabim” atau “Abakadabra” yang akan membuat setumpuk data hasil penelitian menjadi naskah publikasi ilmiah berkualitas dan akan mampu menembus jurnal ilmiah internasional. Karena kalau ada, maka jurnal ilmiah internasional akan kebanjiran naskah publikasi dan tidak akan mampu menyerap semua naskah yang ada meski pada tahun 2013 tercatat terdapat hamper 30 ribu judul jurnal ilmiah yang aktif mencari naskah publikasi di bidangnya masing-masing. Untuk mewujudkan naskah publikasi ilmiah berkualitas memerlukan perlu kerja keras sejak konsepsi ide penelitiannya, eksekusi percobaannya, pengumpulan dan analisis datanya, penyiapan manuskripnya, hingga pencarian jurnal ilmiah yang tepat untuk naskah publikasinya. Bagi sejumlah peneliti, jalan tersebut ibarat jalan terjal dan berliku-liku yang membuat ciut nyalinya. Namun demikian, jika mengingat bahwa reputasi dan tulisan dalam lembaran sejarah kehidupan ilmiah dosen yang bersangkutan merupakan hal yang dipertaruhkan, meski merupakan jalan terjal dan berliku tetap harus dilalui hingga sukses. Sungguh merupakan sesuatu yang membahagiakan dan memberikan kepuasan bagi yang menjalani ketika yang bersangkutan mampu menyelesaikan perjalanan melewati jalan terjal dan berliku. Demikian penyiapan naskah publikasi dan menerbitkannya di jurnal ilmiah internasional yang menjadi target, meski berupa jalan terjal dan berliku tetapi jika mampu menaklukkannya maka dapat menjadi satu titik yang mampu memberi pencerahan dalam lembaran sejarah kehidupan ilmiah dosen yang bersangkutan.

Kesimpulan

Untuk dapat terbit di jurnal ilmiah internasional, naskah publikasi ilmiah harus mempunyai karakteristik disusun dari ide penelitian yang merupakan hot topik, original atau menunjukkan significant enhancement dari apa yang telah diterbitkan sebelumnya, diimplementasikan dalam bentuk kegiatan penelitian yang terstruktur, dengan control yang relevan, dengan rancangan percobaan dan analisis statistic yang tepat, serta disusun menjadi naskah publikasi dengan baik, terstruktur serta dengan bahasa Inggris yang memenuhi standar tata bahasa yang baik pula. Menyiapkan naskah publikasi ilmiah agar menembus jurnal ilmiah internasional bisa jadi merupakan kegiatan yang membingungkan dan seolah jalan yang berliku bagi staf dosen perguruan tinggi ya ng melhatnya dari sisi negatif tetapi dapat memberikan suatu kepuasan tersendiri bagi staf dosen perg uruan tinggi yang mampu melewatinya. Keberadaan Peraturan Menteri RISTEK DIKTI yang mengaitkan kinerja publikasi ilmiah dalam jurnal internasional dosen perguruan tinggi dengan tunjangan guru besar dapat menjadi motivator untuk meningkatkan kinerja publikasi ilmiah bagi dosen perguruan tinggi yang melihatnya dari sisi positif sehingga secara langsung akan meningkatkan kinerja publikasi internasional Negara Indonesia di kancah pemeringkatan kinerja publikasi internasional antar negara.

Bogor, 21 November 2017

Disusun oleh:

Prof. Dr. Ir. Sudarsono, MSc.

Guru Besar Bioteknologi Tanaman, di PMB Lab., Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor, Indonesia

Catatan Tambahan:

Berikut saran dan langkah tindak lanjut untuk manuskrip yang tergolong dalam masing-masing Quadrant

Quadrand I – Kualitas riset dan penyiapan naskah publikasi, keduanya baik

Pendugaan – Kemungkinan manuskrip yang disiapkan akan dapat diterima atau diterima dengan perbaikan minor (minor revision).

Saran tindak lanjut – tinggal mencari target jurnal yang scope jurnalnya sesuai dengan topik penelitian.

Quadrand II – Kualitas riset baik, tetapi penyiapan naskah publikasi jelek

Pendugaan – Kemungkinan manuskrip yang disiapkan akan dapat diterima dengan major revision atau ditolak (immediate reject) karena poor English.

Saran tindak lanjut – kirim manuskrip ke manuscricpt editing service untuk perbaikan bahasa Inggris.

Quadrand III – Kualitas riset jelek, tetapi penyiapan naskah publikasi baik

Pendugaan – Kemungkinan manuskrip yang disiapkan akan ditolak karena kualitas penelitian yang rendah meskipun naskah publikasi masih berpotensi proses review atau ditolak (immediate reject  dan tidak sempat melewati tahapan review).

Saran tindak lanjut – perlu melakukan perbaikan metodologi penelitian dan implementasi risetnya karena baiknya penyiapan dan bahasa Inggris naskah publikasi tidak akan bisa menutupi implementasi kegiatan penelitian yang jelek.

Quadrand IV – Kualitas riset dan penyiapan naskah, keduanya jelek

Pendugaan – Kemungkinan langsung ditolak (immediate reject).

Saran tindak lanjut – perlu melakukan perbaikan metodologi penelitian dan implementasi risetnya. Selanjutnya, dalam penyiapan manuskrip perlu dilakukan editing bahasa secara bertahap mulai dari tingkat lokal hingga ke manuscricpt editing service untuk perbaikan bahasa dan penyiapan naskahnya.